Kembali Meniti Senja
Fajar memang tak lagi sehangat senja, bahkan
rembulan tak lagi dapat menerangi langit. Berkali-kali aku bertemu dengan orang
yang berbeda, menemukan dan merasakan cinta dengan rasa yang berbeda pula. Tapi
kali ini aku bertemu kembali dengan seseorang dengan cara yang begitu unik. Aku
bertemu kembali dengan cinta pertamaku yang dulu belum sempat aku miliki. Saat
itu, aku sedang berada dirumah saudaraku, dan tak sengaja aku mendengar
lantunan nada piano yang indah nan sederhana.
“Tante ? Dari mana suara piano itu ?” tanyaku
“Itu dari rumah sebelah. Anak laki-laki dirumah
sebelah memang sangat senang memainkan piano. Tante juga senang mendengarnya.”
ucap tanteku
Tiba-tiba adik sepupuku dating menghampiriku.
“Kak Nova… Kak Nova…”Ayo ikut aku ?” ajak adik
sepupuku sambil menarik tanganku
“Eh tunggu, mau kemana, Chill ?” tanyaku
“Biasanya kalau Chilla mendengar suara piano itu.
Dia langsung menghampiri si pemain piano itu.” ucap tanteku
“Lalu ? Aku harus menemani Chilla ?” tanyaku lagi
Tanteku hanya tersenyum dan mengangguk.
“Ayo, Ka nova. Nanti Ka Danish keburu selesai main
pianonya.” ucap Chilla sambil menarikku keluar rumah
“Hah ? Danish ?” gumamku kaget
Semua
yang kuingat tentang Danish terlintas jelas diotakku. Tapi aku yakin ini bukan
Danish cinta pertamaku saat SMA yang tak sempat aku miliki. Lalu Chilla
mengajakku masuk kerumah si cowok pemain piano itu. Dan kagetnya bukan main…
“Hai, Ka Danish ?” sapa Chilla yang langsung
menghampiri si cowok itu sambil tersenyum dan duduk disebelahnya
“Hallo Chilla sayang ?” jawab si cowok itu sambil
tersenyum kepada Chilla
Aku
tak bisa melihat jelas wajahnya, karena wajahnya tetap mengarah ke piano yang
dimainkannya. Tiba-tiba Chilla memanggilku…
“Ka, kesini gabung sama aku dan Ka Danish ?” ajak
Chilla
“Kamu kesini sama siapa, Chilla ? Kok tumben ada
yang nemenin ?” tanya cowok itu
Suara piano itu, mampu membuat jiwaku
bergetar. Setiap nadanya berterbangan bagaikan debu-debu kecil yang berhembus
begitu lembutnya ditelingaku.
“Itu sama kakak sepupuku kak. Kebetulan Kaa Nova
sedang main kerumahku hari ini.” jawab Chilla
Semua
terjadi begitu cepat. Aku mulai menyadarinya, orang yang sekarang berada
dihadapanku adalah cinta pertamaku. Suasana berubah menjadi menegangkan, awan
biru seolah menjadi awan hitam yang menyeramkan, bahkan angin yang tadinya
berhembus lembut kini menjadi serasa menusuk tulang rusukku. Mengapa aku harus
dipertemukan lagi olehnya ? Tuhan, pertanda apakah ini, sungguh aku tak
menginginkannya, tapi aku masih mengingatnya.
“Nova!” panggil cowok itu
Aku menoleh sejenak kebelakang. Aku harap ini bukan
mimpi buruk.
“Benarkah
kau Nova Adriyana ?” tanya cowok itu
“Ternyata dia masih mengingat semuanya, aku bagaikan
arang yang akan dimakan kayu bakar. Bagaimana ini ?” gumamku
Ia menghampiriku dan meninggalkan Chilla yang sedang
asyik bermain piano. Perahan demi perlahan ku langkahkan kakiku untuk keluar
dari rumah cowok pemain piano itu yang tak lain adalah Danish.
“Tunggu!”
Aku menghentikan langkahku sejenak.
“Mengapa kau menghindar ? Bukankah ini yang kau mau 3
tahun lalu ? Bisa menataku lebih dekat ?” ucapnya
“Apa-apaan ini ? Dia membuatku seolah sangat
mengharapkannya sampai sekarang. Tapi benar sih, aku masih berharap untuk
memilikinya. Hmm..” gumamku
Aku berjalan cepat menuju rumah tanteku. Aku masih
belum memahami pertemuan ini mimpi buruk atau bukan. Sudahlah nasi memang telah
menjadi bubur, bahkan kini lilin telah terbakar semakin lama dan semakin lama
meleleh dengan sendirinya.
Keesokan harinya. Seperti biasa aku pergi ke kampus
mencari ilmu sekaligus cinta sejati. Sudahlah lupakan!
“Hai, Nov!” sapa cowok tampan di depan pintu kampus
Aku hanya tersenyum simpul sambil melihat kearahnya.
Kemudian tak lama ada lagi yang memanggil namaku dan
suaranya tak beda jauh. Ya, mereka adalah si kembar Erlan dan Ardan. Mereka
adalah sahabatku di kampus. Kemana pun aku pergi pasti mereka selalu
mengikutiku. Siang harinya, Erlan mengajakku ke taman tanpa kembarannya Ardan.
“Nov, Nanti siang aku tunggu kamu ditaman ya.”
Tumben sekali Erlan mengajakku ketaman. Siang
harinya aku ke taman untuk menepati janjiku akan menemuinya. Saat aku
menunggunya ditaman, tiba-tiba ada seseorang yang memberikan kertas kecil
kepadaku, yang isinya..
“Terkadang mentari memang tak selalu menghangatkan,
bahkan embun pagi pun tak selamanya bisa menyejukkan. Tapi aku berharap
lembutnya hatimu bisa menggerus halus rasaku sampai habis.”
“Apa maksudnya ini ? Aku semakin tak mengerti.”
Gumamku
Tiba-tiba Erlan menelponku dan mengarahkanku ke
belakang kampus. Lagi-lagi seseorang memberikan kertas kecil kedua yang
berisikan kaliamat-kaliamat romantis.
“Aura dalam dirimu mampu membuat hatiku seperti
anggur yang jika aku reguk terlalu banyak akan sangat memabukkan. Dan sekarang
rasaku bagaikan lilin yang meleleh karena terus terbakar oleh api. Maukah kau
jadi air dalam rasaku agar rasaku bisa menjadi netral ?”
Tak lama kemudian, datanglah seseorang yang menutup
mataku.
“Hey! Apa-apaan ini!” ucapku
“Duh, cantik jangan galak-galak dong.” ucap Erlan
sambil membuka mataku
“Kamu! Jangan bilang kamu yang mengirimkan ini semua
?” tanyaku
Erlan hanya tersenyum sambil menatap tajam kearahku.
“Kau adalah cinta pertamaku, dan pertama kalinya aku
merasakan hal yang berbeda saat aku mencintai seorang wanita. Aku bagaikan
karang yang terombang-ambing diatas lautan luas dengan ombak yang sangat ganas.
Aku mencintaimu, Nova. Maukah kau jadi pelengkap dalam hidupku ?” tanya Erlan
“Lelucon macam apa ini ? Aku harus bagaimana ? Aku
bingung!” gumamku sambil melihat tajam kearahnya
“Tenang saja, Nova. Aku tak akan memaksamu untuk
menjawab sekarang. Aku memberikanmu waktu untuk memahami hal yang kau anggap
konyol ini. Kau tak seperti biasanya diam tanpa kata. Apa karena aku
mencintaimu ? maafkan aku Nova, ini adalah takdir yang tak bisa aku lawan.”
jelas Erlan
“Aku tak pernah melarang siapapun untuk mencintaiku.
Bahkan aku mengizinkanmu mencintaiku sesuka yang kau mau. Tapi bagiku kau
adalah kumbang dan aku bunganya. Mengapa bisa kau menjadi madunya ?” ucapku
“Maafkan aku, Nova.” ucapnya tertunduk
Hari
demi hari pun berlalu. Semakin dekat waktuku untuk menjawab pertanyaan atas
cinta Erlan padaku. Aku memang menyukainya, tapi aku masih ragu. Bagaimana
dengan Ardan ? Kalau Ardan mencintaiku juga! Ah, PD sekali aku, sekaligus bisa
membuat si kembar jatuh cinta padaku. Tapi siapa tau saja, takdir Tuhan tak ada
yang tau. Lupakan! Siang harinya, aku kembali menemui Erlan ditaman kampus. Aku
akan memberikan jawabanku tentang cintanya itu. Dan saat itu Erlan terlambat
dating ke taman kampus.
“Lama sekali kau! Sudah jam berapa ini. Aku jadi
malas menjawab pertanyaan atas cintamu padaku!” ucapku sambil membuang muka
“Maafkan aku, Nova. Lagi pula aku hanya telat 10
menit. Jangan seperti itulah, jawablah cintaku.” ucapnya sambil memohon padaku
“Belum aku jawab saja, kau sudah terlambat. Apalagi
kalau sudah ku jawab, pasti kau akan lebih terlambat lagi. Tapi sebenarnya
tiada kata terlambat untuk aku menjawab pertanyaan atas cintamu.” ucapku
tersenyum
“Lalu bagaimana jawabannya ?”
“Aku..aku..minta maaf aku belum bisa menolak pria
yang mencintaiku dengan sepenuh hatinya.” ucapku
“Jadi, tandanya kau menerima cintaku ?” Tanya Erlan
sambil memegang kedua pundakku dan mengarahkan kehadapannya
Aku hanya tersenyum sambil menunduk.
Aku senang bisa mencintainya. Tapi bagaimana dengan
Danish ? Semenjak pertemunku dengannya, aku masih terus memikirkannya. Apa iya,
Danish masih mengingat kejadian 3 tahun lalu, saat aku menginginkan untuk
mentapanya lebih dekat. Danish cinta pertamaku, tak semudah itu aku
melupaknnya.
Hari, minggu, bulan dan tahun pun berlalu. Kini
hubunganku dengan Erlan hanya berjalan ditempat. Bahkan tak lama Ardan kembaran
Erlan juga mengungkapkan perasaannya padaku. Aku sungguh tak percaya akan hal
ini. Apa yang pernah aku ucapkan terjadi, si kembar jatuh cinta padaku.
Hubunganku dengan Erlan semakin lama semakin renggang, karena Erlan akan
meninggalkanku pergi ke Jerman demi karirnya. Ardan yang mendengar hal ini
sangat senang, karena ia bisa lebih leluasa mendekatiku. Berjalan dengan hal
ini, Tuhan menggariskan lagi hal yang tak aku inginkan. Aku kembali bertemu
dengan Danish di kampus.
“Danish!” ucapku
Ia menoleh ke arahku.
“Ternyata kau, kesini. Berjalanlah kearahku. Jangan
takut. Aku bukanlah Danish yang dulu. Kini aku menyadari, kau bukan hanya sekedar
cinta pertama untukku tapi adalah cinta terakhirku.” Ucapnya
“Aku masih tak percaya Danish berbicara seperti itu,
kemarin saat pertemuan kita dirumahnya, dia begitu ketus kepadaku. Sekarang dia
sangat manis. Bahkan dia menjadi romantis.” Gumamku
Aku terpaku ditempatku berdiri sekarang. Kakiku
seperti melekat pada aspal. Tak bisa ku langkahkan kakiku ke depan atau
kebelakang untuk berlari darinya. Bahkan aku tak bisa menundukkan mataku untuk
tak terus melihat tatapan matanya yang begitu tajam padaku.
“Nova,
apakah kau baik-baik saja ?” tanya Danish
“Emh, iya.. aku..aku baik-baik saja. Apa maksud
perkataanmu tadi ? Aku sungguh tak mengerti.” tanyaku
“Lupakan saja! Kau akan mengetahui jawabannya nanti.
Biarlah takdir Tuhan yang menjawabnya. Sebuah rasa cinta akan tau kemana dia
harus pulang.” ucap Danish sambil pergi meningalkanku dan tersenyum
Ternyata Ardan tau akan hal ini. Ia tau
pembicaraanku dengan Danish. Ardan yang biasanya manis kepadaku kini menjadi
ketus. Setahun kemudian, tibalah saatnya Erlan untuk pergi ke Jerman.
“Nova sayang, maafkan aku. Aku terpaksa harus
berhenti mencintaimu. Bukan karena aku bosan. Tapi karena aku harus pergi. Aku
harap kau bisa menerima keputusanku. Kalau kita berjodoh, Tuhan pasti
mempertemukan kita kembali.” ucap Erlan sambil tersenyum dan menggenggam erat
tanganku dan mencium keningku
“Apa harus akhirnya seperti ini, kisah cinta kita
yang dulu manis. Kini akhirnya pahit seperti jus pare. Keputusan macam apa ini
? Kalau dari awal aku tau kau akan mencintaiku untuk kau tinggalkan, dari awal
aku takkan pernah memberikan cintaku padamu. Kau jahat!” ucapku sambil menangis
dihadapannya
“Jangan seperti itu Nova. Aku tau, jus pare sangat
pahit. Tapi kisah cinta kita tak sepahit itu. Jika memang kita tak bisa
dipertemukan dalam cinta didunia ini, kita akan bisa bertemu lagi dikehidupan
lain yang rasanya sangat manis seperti jus melon.” ucap Erlan
“Pergilah sekarang jika kau ingin pergi. Jangan lagi
kau tunda-tunda karena itu membuatku semakin terpukul.” ucapku sambil
menundukkan kepalaku
“Ardan, jaga Nova baik-baik. Sampai ketemu lagi.”
ucap Erlan kepada Ardan
Aku
hanya bisa mertapi kepergian kekasihku, bukan dia sudah bukan kekasihku lagi.
Karena dia telah pergi meninggalkanku. Kini semua cintanya dan tentangnya
hanyalah kenangan untukku. Tugasku kembali meniti masa lalu! Maksudku kembali
meniti masa depan. Setelah Erlan pergi kini harapanku hanyalah Ardan dan
Danish. Siapakah yang menjadi tempat cintaku akan berpulang kelak ? Entahlah!
Tak
terasa setahun berlalu. Ada kabar tak duka yang begitu mengiris hatiku. Ardan
menghubungiku bahwa kembarannya yang bernama Erlan yang tak lain adalah masa
laluku telah meninggal di Jerman. Ardan mengajakku ke Jerman untuk berkunjung
ke makam Erlan. Tapi apa daya, aku terkena tipu muslihatnya. Ardan membalaskan
dendam atas cintanya padaku. Ia tak terima jika aku lebih dekat dengan Danish
dibandingkan dengannya.
“Dimana
makam Erlan ? Beritahu aku sekarang!” ucapku memaksanya
“Baiklah,
aku akan mengantarkanmu kesana.” ucap Ardan
Aku tak sanggup lagi menyeka air mataku sendirian.
Berada di pusara orang yang pernah aku cintai. Aku seakan melupakan kisah
cintaku dengannya yang pahit seperti jus pare. Sungguh aku masih mengingat
semua kenangan yang pernah aku ukir bersamanya. Kini dia telah menjadi
diselimuti tanah, bahkan jika ia kedinginan takkan ada lagi yang mampu
menghangatkannya. Senyumnya kini telah menjadi ilustrasi saja dalam hidupku,
yang ada sekarang hanyalah cerita dan cerita.
****
“Maafkan aku, Nova. Aku harus melakukan
ini. Aku mencintaimu. Aku tak ingin kau menjadi milik kembaranku lagi. Aku
membawamu kabur ke Jerman agar kau tak lagi bertemu dengan Danish, dan aku
ingin kau hanya menjadi milikku!” gumam
Ardan
“Apa yang terjadi pada Erlan ? Mengapa
kejadiannya bisa seperti ini! Cepat jelaskan padaku Ardan!” tegasku sambil
menarik kerah bajunya
“Kemarilah Nova. Aku bersedia mengahapus perihnya
hatimu. Menyeka air matamu dan menopang lemahnya tubuhmu. Aku mengerti
perasaanmu, tak mudah untuk melepas semua kenangan yang terjadi didunia yang penuh
fatamorgana ini.” ucap Ardan sambil merangkul dan kemudian memelukku
Seminggu
berlalu, tak terasa Erlan telah seminggu meninggalkanku. Kini aku berada
dirumah yang dulu pernah jadi tempat persinggahan Erlan di Jerman. Aku tinggal
bersama Ardan. Ardan semakin hari berubah semakin arogan. Bahkan aku tak
mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Aku tak sengaja mendengar percakapan
Ardan di telpon. Dan telingaku masih jelas mendengar bahwa ia memanggil orang
yang menelponnya itu Erlan. Aku semakin curiga dengan Ardan, apa sebenarnya ang
ia sembunyikan dariku ?
“Ardan ? Jujurlah padaku. Kau mencintaiku kan ?
Fakta apa yang sebanarnya kau sembunyikan tentang kembaranmu itu ?” ucapku
“Apa maksudmu! Aku tidak menyebunyikan apapun dari
dirimu!” tegas Ardan
“Tenanglah, aku hanya bertanya. Kau tak perlu
menaikkan nada bicaramu seperti itu. Aku hanya butuh kepastian, fakta apa yang
sebenarnya tak aku ketahui tentang Erlan. Erlan masih hidup kan ?” tanyaku
“Maafkan aku, Nova. Aku terpaksa membohongimu. Fakta
yang sebenarnya adalah Aku mencintaimu, dan kau harus jadi milikku! Tak perlu
kau tanyakan tentang kembaranku!” tegas Ardan
“Hey! Apa yang telah merasuki dirimu. Aku tak pernah
melarang siapapun untuk mencintaiku, bahkan aku pun tak pernah melarang
siapapun untuk memilikiku. Tapi bukan seperti ini caranya! Dimana Erlan
sekarang ?” tanyaku
“Ikut aku, Nova!” ucap Ardan sambil menggenggam
keras tanganku
Tiba-tiba ponselku berbunyi. Betapa kagetnya aku,
saat aku melihatnya. Yang menelpon adalah Erlan. Bagaimana bisa orang yang
sudah terkubur selama seminggu masih bisa menelpon ? Mustahil! Ini adalah
teka-teki yang harus aku pecahkan.
“Hallo ? Kau masih hidup ? Kau bukan mayat hidup kan
?” tanyaku
“Kau ini, apa-apaan sih! Dimana kau sekarang ?”
Tanya Erlan
“Aku sekarang sedang bersama kembaranmu Ardan.”
Ucapku
“Celaka 17! Aku percaya kau tangguh, kau harus kabur
darinya. Kau sedang dalam bahaya jika bersamanya. Ambisinya untuk memilikimu
semakin membara. Dia bisa berbuat nekat padamu. Berlarilah sejauh yang kau
bisa. Sebentar lagi aku akan menjemputmu.” ucap Erlan
Lalu aku menutup telponnya.
Aku
menghentikan paksa mobil Ardan. Kemudian setelah mobilnya berhenti aku berusaha
kabur darinya sesuai perintah Erlan. Aku tak menyangka cintanya padaku malah
membuat ambisinya membara. Api saja tak akan sebesar itu jika berkobar, tapi
Ardan ? Ah Sudahlah! Aku harus lari menjauh darinya. Aku harus selamat, masih
ada cinta pertamaku yang menunggu didepan sana.
“Hey! Nova! Jangan lari. Kemana pun kau pergi, aku
akan mengejarmu! Kau membuatku berantakan. Bahkan membuatku rela menyakiti
kembaranku sendiri! Kau harus jadi milikku, Nova.” teriak Ardan
“Menyeramkan! Ardan bagaikan psikopat yang ingin
membunuhku. Aku harus berlari kemana lagi ? tenagaku sudah hamper habis. Tuhan,
jika kau berpihak padaku. Siapa pun kirimkanlah malaikat penolong
menyelamatkanku dari psikopat cinta itu.” gumamku sambil terus berlari
Bodohnya
aku, mengapa aku harus berlari ke atas gedung. Di atas sana aku harus berlari
kemana lagi ? Terbang ? Memangnya aku burung!Hmm. Aku mencoba menghubungi
Danish, dan untungnya Danish sedang ada tugas di Jerman. Ia langsung berangkat
untuk menyelamatkanku. Aku mencoba bersembunyi dibalik drum-drum besar dipojok
gedung. Ardan terus memanggil-manggil namaku dengan manis bagaikan singa yang
ingin menerkam mangsanya ia rayu dahulu.
“Nova sayang, keluarlah ? Kau ingin bermain petak
umpet ya sama aku ?” ucap Ardan
Tuhan, ini bagaikan mimpi buruk bagiku. Bukan
pelangi yang aku raih, malah kilat yang dengan cepat menyambarku. Cinta seperti
apa ini ? Segitiga atau Segi empat ? Mungkin singa saja yang terjebak dalam
keadaan ini pasti bisa menangis, apalagi aku ? Aku bagaikan butiran pasir yang
sedikit lagi akan disiram oleh air dan tak bisa lagi berlari untuk
menghindarinya. Aku hanya menginginkan cinta pertamaku, bukan cinta segitiga
atau segiempat! Menjengkelkan!
“Nova sayang,
kemarilah. Jangan takut padaku. Aku bukan si raja hutan yang akan memangsamu,
aku hanya burung merpati yang menginginkan pasangannya.” ucap Ardan lagi
Tiba-tiba…Haaccciiiimmm!! Oh tuhan, bersin disaat
yang tidak tepat. Habislah aku!!
“Nova sayang, tampaknya aku telah mengaetahui dimana
kau bersembunyi.” ucap Ardan lagi
“Gawat! Tuhan.. aku mohon, datangkanlah malaikat
penolongku. Aku berjanji akan mencintainya sepenuh hati.” gumamku sambil terus
menunduk terpojok sambil menangis
“Kemarilah Nova! Atau aku kan menarikmu dengan
paksa!” tegas Ardan
Kedua kalinya. Haaacciiimmm!!
“Nova, cepat kesini! Kalau tidak aku akan berbuat
kasar denganmu!” tegas Ardan lagi sambil menaikkan nada suaranya
Tiba-tiba ada seseorang yang menyekapku dari
samping.
“Jangan
berisik. Aku akan membawamu pergi dari sini.” ucap Danish
Danish tak datang sendirian. Dia bersama Erlan, yang
aku kira ia sudah benar-benar meninggal.
“Pergilah bersama Danish, biar Adran aku yang
mengurusnya.” ucap Erlan
Aku tak percaya mimpi buruk ini, menjadi mimpi
indah. Doaku terkabul. Tandanya aku harus menepati janjiku untuk mencintai
orang yang telah menjadi malaikat penolongku. Setelah aku pergi meninggalkan si
kembar aku tak tau lagi apa yang terjadi pada mereka. Aku hanya pergi bersama cinta
pertamaku. Dan kini…
“Aku menyadari, kini bunga yang dulu layu telah
mekar kembali dihatiku. Dirimu adalah bunga yang indah itu. Kembalilah padaku,
jadilah cinta pertamaku lagi dan seterusnya sampai Tuhan menjemputku untuk
pulang.” ucap Danish
Aku hanya tersenyum dan tertunduk sambil menitikan
air mata.
Komentar
Posting Komentar